Melestarikan Tradisi dan Mengungkap Makna Aci Usaba Sumbu di Desa Pakraman Timbrah, Karangasem, Bali
I Wayan Ardika, I Made Suastika
ISBN : 978-602-5742-46-0 Published : 2019
Abstrak
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esallda Sanghyang Widi Wasa
penelitian yang berjudul Melestarian Tradisi Dan Mengungkap Makna Aci Usaba Sumbu di Desa Timbrah, Karangasem dapat diselesaikan tepat waktu.
Sesuai dengan judul, penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan memahami makna Aci Usaba Sumbu di Desa Timbrah, Karangasem. Aci Usaba Sumbu
adalah praktik budaya yang dilaksanakan setiap purnama atau bulan penuh pada bulan pertama (Sasih Rasa) dalam pertanggalan Hindu, yang jatuh pada tanggal 8
dan 11 Juli 2018. Pada saat itu masyarakat Timbrah melaksanakan upacara Aci Usaba Sumbu selama lima (5) hari, yang
dimulai dengan upacara Melasti pada
tanggal 5 Juli 2018, dilanjutkan dengan upacara Aci Usaba Sumbu di Pura Panti Kaler pada tanggal 8 Juli 2018, dan kemudian upacara Aci Usaba Sumbu Kelm' pada tanggal 11 Juli 2018 yang berakhir hingga pagi hari 12 Juli 2018. Pada
saat upacara Aci Usaba
Sumbu Kaja masyarakat
menghaturkan sekitar 950 ekor babi guling.
Aturan babi guling sangat menarik untuk dikaji sebagai ciri Usaba Sumbu.
Upacara Aci Usaba Sumbu Kaja dimaksudkan
untuk persembahan dan pemujaan kepada Ida
Bhatara Mutering Algal` dan I3hatara Mayun. Pada saat Aei Usaba Sumbu tahun 2018 dibangun empat (4) buah sumbu, sebuah sumbu sebagai
sumbangan warga yang membayar kaul atau nazar, sedangkan tiga sumbu dibanguan oleh warga Pauman Desa. Sumbu
dibangun secara bergotong royong oleh warga masyarakat, bentuk sumbu menyerupai
gunung diberi hiasan yang mencerminkan alam semesta dengan segala isinya. Sumbu diputar oleh sekaa teruna dan saat pemutaran sumbu ada daha/gadis yang menyelinap masuk ke dalam
sumbu. Pemutaran sumbu merepleksikan mitos pemutaran mandara giri atau gunung
mahameru yang dijadikan
tongkat pengaduk lautan susu oleh
para dewa dan daitya untuk memperoleh
amerta atau sumber kehidupan.
Upacara Aci Usaba Sumbu Kelod diperuntukkan
kepada Ida Bhatara Sri dan Rambut Sedana yakni dewa kemakmuran dan kesuburan. Seperti pada upacara Usaba Sumbu Kaja,
pada saat upacara Aci Usaba Sumbu Kelod
masyarakat juga menghaturkan sekitar 450 ekor babi guling. Pada upacara Aci Usaba Sumbu Kelod dipentaskan tari rejang oleh daha Desa Timbrah. Dalam kurun waktu seminggu masyarakat Timbrah telah mempersembahkan lebih
dari 1000 ekor babi guling untuk
upacara Aci Usaba Sumbu Kaja dan Aci Usaba Sumbu Kelod.
Upacara Aci Usaba Sumbu Kaja
dan Aci Usaba Sumbu Kelod dapat dimaknai sebagai
persembahan untuk memohon amerta atau sumber kehidupan dan kemakmuran serta
kesejahteraan untuk seluruh penduduk Desa
Timbrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara Aci Usaba Sumbu juga merupakan emosi keagamaan yang dapat meningkatkan toleransi dan kebersamaan di kalangan
masyarakat Timbrah. Upacara tahunan
ini dihadiri oleh seluruh masyarakat Timbrah
baik yang berada di luar desa maupun yang tinggal di desa Timbrah.
Penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan baik karena adanya bantuan dari berbagai
pihak. Melalui kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada para pihak sebagai berikut.
1. Rektor Universitas Udayana
2. Wakil Rektor I Universitas Udayana
3. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Udayana
4. Kelian Desa (Bapak Wayan Sukerta), Kelian Pauman (Bapak Nengah Supartha), dan Bapak Wayan Warta sebagai informan
Kami menyedari bahwa buku ini masih banyak
kekurangannya, somata-mata
karena keterbatasan tim dalam menggali dan menelaah data dan fakta yang ada. Penulis berharap
semoga buku ini ada manfaatnya