PROSES INFLAMASI PADA OBESITAS

07/08/2023 Views : 961

I Made Yullyantara Saputra

PROSES INFLAMASI PADA OBESITAS

 

Pada obesitas terjadi penumpukan lemak, diakibatkan karena hipertropi dari sel lemak (adiposit) atau penambahan jumlah sel lemak (hiperplasia). Hipertropi adiposit disebabkan oleh penyimpanan lemak berlebihan, sedangkan hiperplasia terjadi karena aktivasi dari prekursor sel lemak (Arner 2010). Fungsi jaringan lemak tidak sederhana, selain berfungsi sebagai sumber energi, pengatur suhu tubuh, dan pelindung organ, jaringan lemak memiliki fungsi yang lebih kompleks sebagai sistem endokrin dengan mensekresikan adiponektin dan sitokin pro inflamasi seperti IL-6, IL-1β dan TNF-α, sehingga semakin luas simpanan jaringan lemak pada orang obesitas, akan semakin meningkat juga kadar sitokin-sitokin pro-inflamasi (Gambar 1 (Siriwardhana 2013)).

Jaringan adiposit pada orang sehat terdiri dari jaringan adiposit yang kecil dan sensitif terhadap insulin dengan makrofag yang aktif (alternatively-activated macrofag(M2)), sedangkan jaringan adiposit pada obesitas terdiri dari jaringan adiposit yang besar, insulin resisten dan makrofag yang aktif (clasically active macrofag(M1)). Jaringan adiposit yang hipertropi pada obesitas menyebabkan sel-sel adiposit mengalami hipoksia, kematian dan berubahan pada populasi sel sehingga mempengaruhi ekskresi dari adipokin, dari lingkungan yang sedikit inflamasi menjadi semakin banyak sitokin pro-inflamasi yang disekresikan (Kalupahana 2012). Sebagai tambahan jaringan adiposit juga memproduksi angiotensin 2, beberapa kemokin,dan steroid yang berperan dalam penyakit metabolik dan kronis.

Beberapa sitokin pro-inflamasi yang diproduksi oleh adiposit meliputi tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1 beta (IL-1β), interleukin-2 (IL-2), interleukin-6 (IL-6), interleukin-8 (IL-8), monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1), plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) dan resistin. Sel adiposit dapat memproduksi sitokin anti-inflamasi seperti adiponektin dan interleukin 10. Pada obesitas ditemukan ketidak seimbangan dari mediator mediator inflamasi, pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya metabolik sindrom, peningkatan resiko terjadinya diabetes, dislipidemia, dan non alkoholik datty liver disease (NAFLD) (Choi, 2014)


Pada konsumsi kalori yang berlebih dan hipoksia pada sel adiposit akan memicu stres pada retikulum endoplasma. Stres pada retikulum endoplasma merupakan pemicu jalur kinase inflamasi yakni JNK dan IKK yang dapat mengaktivasi kaskade inflamasi dan memproduksi mediator inflamasi. Jaringan adiposa pada seseorang dengan obesitas yang memproduksi MCP-1 lebih banyak akan memicu akumulasi makrofag lokal. Makrofag merupakan salah satu sumber fundamental dari sitokin tumor necrosis factor –alpha (TNF α) yang dapat menyebabkan aktivasi inflamasi jalur kinase lebih lanjut. Jaringan adiposa pada seseorang dengan obesitas  memilki jumlah sel T yang berlebihan. Interferon-gamma (IFNγ) yang merupakan sitokin sel T-helper 1 mengatur regulasi dari ekspresi TNF α, MCP-1 dan mediator inflamasi lainnya. Pelepasan mediator inflamasi salah satunya IL-6 ke sirkulasi akan menyebabkan efek sistemik yakni peningkatan produksi dari mediator inflamasi yang berasal dari hati. Jaringan adiposa dapat memproduksi 25% dari produksi sistemik IL-6 sehingga jaringan adiposa dapat memicu inflamasi sistemik pada seseorang dengan kelebihan berat badan (Rocha dan Folco, 2011)