KENALI DAN CEGAH FAKTOR RISIKO PENYEBAB DEMENSIA SEBUAH EDUKASI MASYARAKAT DALAM RANGKA MEMPERINGATI WORLD ALZHEIMERS DAY 21 SEPTEMBER 2025

10/09/2025 Views : 5

Ni Putu Ayu Putri Mahadewi




"Laki-laki, 72 tahun dibawa oleh keluarganya ke Unit Gawat Darurat dikeluhkan pasien mengalama pikun sejak 6 bulan belakangan, keluhan semakin memberat hingga pagi ini pasien ditemukan hilang diperjalanan pulang dari pasar dekat rumahnya. Keluhan awalnya berupa lupa hal-hal yang baru dikerjakan oleh pasien, semakin memberat hingga pasien mulai lupa keluarga terdekat. Aktivitas keseharian yang semula dapat dikerjakan mandiri dan perawatan diri sehari-hari untuk saat ini dibantu oleh keluarga karena pasien juga lupa cara menggunakan pakaian. Hasil pemeriksaan didapatkan pasien dengan diagnosis Demensia Alzheimer dan saat ini dalam perawatan dokter."


KENALI DAN CEGAH FAKTOR RISIKO PENYEBAB DEMENSIA

SEBUAH EDUKASI MASYARAKAT

DALAM RANGKA MEMPERINGATI WORLD ALZHEIMERS DAY 21 SEPTEMBER 2025


Oleh : dr. Ni Putu Ayu Putri Mahadewi, M.Biomed, Sp.N


            Kasus diatas adalah salah satu contoh kondisi pasien yang mengalami Demensia Alzheimer, dimana keluhan umumnya diawali dengan gangguan memori terhadap hal-hal yang baru karena menurunnya kemampuan otak untuk memproses dan menyimpan hal baru, kemudian kondisi ini perlahan memberat hingga mengganggu memori yang lama. Salah satu domain fungsi kognitif selain fungsi memori adalah fungsi visuospasial atau bentuk ruang, pada contoh kasus diatas pasien tersasar dalam perjalanan pulang dari pasar dekat rumahnya. Kondisi Demensia ditunjukan dengan gangguan pada minimal 2 domain fungsi kognitif yang pada kasus diatas terjadi gangguan pada fungsi memori dan visuospasial, disertai dengan terganggunya aktivitas harian rutin pasien yang kita sebut dengan Activity daily Living (ADL). Pasien yang sebelumnya memiliki ADL yang mandiri mengalami gangguang sehingga membutuhkan bantuan keluarga.

            Demensia bukanlah bagian dari penuaan normal dalam kehidupan manusia. Data penelitian epidemiologi didapatkan bahwa angka Demensia Alzheimer menempati urutan tertinggi di dunia dibandingkan jenis Demensia lainnya. Cara terbaik untuk mencegah Demensia adalah mengenali faktor risiko penyebab Demensia itu sendiri. Faktor risiko genetik merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat dihindari yaitu riwayat keluarga dengan penyakit Demensia.

            Livingstone et al pada tahun 2020 dalam karya ilmiah berjudul Dementia Prevention, Intervention and Care melaporkan terdapat 12 faktor risiko penyebab Demensia yang mampu kita kendalikan dan cegah, dimana faktor risiko penyebab yang mampu dimodifikasi ini memiliki peran sebesar 40% dalam terjadinya kondisi Demensia dan 60% tidak diketahui. Faktor risiko penyebab Demensia tersebut dibagi berdasarkan 3 (tiga) tahapan kehidupan yaitu fase Early Life, fase Midlife dan fase Later life.

            Faktor risiko pada fase Early life (awal kehidupan) adalah tingkat pendidikan yang rendah, dimana tingkat pendidikan yang diperoleh pada usia sebelum 20 tahun memiliki peran penting menurunkan angka kejadian Demensia. Fase Midlife (pertengahan atau paruhbaya) yaitu kondisi penurunan pendengaran, terjadinya trauma kepala, penyakit hipertensi, konsumsi alkohol melebihi 21 unit (210 ml) per minggu dan kondisi obesitas. Faktor risiko pada fase Later life (kehidupan lanjut) yaitu merokok, mengalami depresi, kondisi isolasi sosial, tidak adanya aktivitas fisik, polusi udara dan penyakit kencing manis.

            Edukasi pola hidup sehat telah banyak direkomendasikan oleh pemerintah melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga masyarakat secara luas dapat mengenali serta mencegah penyakit Demensia. Aktivitas fisik rutin seperti kegiatan senam lansia di banjar dapat membantu mempertahankan aktivitas fisik dan mencegah isolasi sosial, pola makan dan pola hidup sehat serta rutin memeriksakan kondisi kesehatan merupakan cara untuk mencegah faktor risiko penyebab penyakit Demensia.