Kupas Tuntas Tentang Rabies

15/02/2023 Views : 511

NI MADE SUSILAWATHI

Apa itu Rabies?

Rabies adalah penyakit infeksi pada susunan saraf pusat disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies (HPR) terutama oleh gigitan anjing.

 

Apa itu Hewan Penular Rabies (HPR)?

Virus rabies dapat menginfeksi hewan mamalia termasuk hewan domestik seperti anjing dan kucing maupun hewan liar seperti rubah, serigala, musang, jackal, kelelawar. Hewan yang terinfeksi virus rabies akan menularkan ke hewan lain atau manusia melalui air liur/saliva yang mengandung virus rabies ketika hewan tersebut menggigit atau mencakar.

Hewan terinfeksi virus rabies ini yang disebut hewan penular rabies (HPR).

Gigitan anjing yang terinfeksi rabies menyebabkan 99% kasus rabies pada manusia dan sisanya oleh gigitan kucing, musang, rubah, serigala, jackal dan hewan karnivora lainnya.

 

Dimana Rabies di temukan?

Kejadian rabies dilaporkan di seluruh benua kecuali Benua Antartika dengan angka kejadian tertinggi di Benua Asia (59,6%) dan Afrika (35 %). Kasus rabies sering tidak terlaporkan dimana kejadian rabies lebih sering di daerah pedesaan dan perkampungan miskin dengan penduduk yang padat.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan kasus rabies terjadi pada 26 provinsi yang ditetapkan sebagai daerah endemis rabies, hanya 8 provinsi yang bebas rabies.

 

Daerah bebas rabies artinya suatu daerah yang tidak melaporkan kasus rabies terkonfirmasi pada manusia dan hewan dalam 2 tahun terakhir.

Perlu kerjasama lintas sektor berbasis “One Health” untuk mencapai tujuan daerah bebas rabies.

 

Apakah rabies berbahaya bagi kesehatan manusia ?

Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit tertua yang sangat fatal dalam sejarah manusia di bumi ini. Apabila gejala rabies muncul pada manusia atau anjing hampir selalu menimbulkan kematian dan hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit rabies.

Rabies menyebabkan 60.000 kematian pertahun di seluruh dunia terutama di Benua Asia dan Afrika. Anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko terkena rabies karena anak-anak sering bermain dengan anjing dan tidak melapor adanya gigitan anjing saat bermain, gigitan anjing pada anak-anak cenderung berisiko tinggi terutama mengenai di daerah leher dan wajah yang memiliki jumlah persarafan banyak.

 

Apa saja gejala klinis Rabies ?

Rabies merupakan penyakit infeksi yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang hingga menimbulkan gejala ensefalomyelitis. Perjalanan penyakit bersifat akut yang berkembang secara cepat dan progresif hingga menimbulkan kematian.

Gejala klinis yang muncul ada dua tipe yaitu Tipe Ganas/Furious dan Tipe Paralitik /lumpuh yang dapat terjadi pada manusia dan anjing. Berikut ini beberapa gejala dan tanda yang muncul pada manusia dan anjing :

 

Gajala Rabies pada Manusia

Gejala awal (prodromal) yang dikeluhkan berupa gatal/nyeri pada daerah bekas luka gigitan yang diikuti dengan keluhan lemas (tidak enak badan), nyeri kepala, demam dan sulit tidur. 

Selanjutnya muncul gejala neurologis antara lain:

Tipe ganas/furious: perubahan kesadaran (gaduh-gelisah, hiperaktif, mudah marah, depresi) disertai hidrofobia (takut air), aerofobia (takut angin), fotofobia (takut cahaya), hipersalivasi (air liur berlebihan) dan hiperhidrosis (keringat berlebihan) yang berkembang cepat menimbulkan  paralisis otot pernafasan hingga kematian.

Tipe paralitik/lumpuh: gejala neurologis yang muncul berupa kelemahan motorik, fasikulasi, gangguan sensorik, gangguan berkemih dan defekasi, serta ileus paralitik yang semakin memberat kemudian muncul gejala fobia (hidrofobia, aerofobia), paralisis otot pernafasan hingga kematian.

 

Gejala pada Anjing

Hewan yang terinfeksi virus rabies (anjing atau kucing) akan menunjukkan gejala sakit parah dengan tanda- tanda sebagai berikut:

·      Perubahan perilaku seperti galak/agresif dengan menggigit tanpa provokasi, berlari tanpa tujuan, memakan benda yang tidak lazim (batu, kayu, paku)

·      Perubahan pada suara: menggonggong dengan suara serak, menggeram atau tidak bersuara

·      Air liur yang berlebihan hingga tampak berbusa pada sudut mulut

·      Pada tipe paralitik: cenderung diam, lemas dan kelumpuhan/ kesulitan berjalan

 

Bagaimana penularan Rabies?

Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui air liur/saliva pada luka gigitan HPR (anjing). Virus rabies akan menempel pada jaringan saraf yang berada disekitar luka atau pada selaput lendir/mukosa kemudian virus berjalan sepanjang saraf menuju sistem saraf pusat secara sentripetal dengan kecepatan 12-100 mm per hari. Virus di SSP akan mengalami replikasi dan menginfeksi jaringan saraf di otak sehingga menimbulkan gangguan fungsi saraf. Virus rabies melanjutkan penyebarannya secara sentrifugal melalui sistem saraf parasimpatis yang akan menginfeksi kelenjar ludah, kulit, dan kornea sehingga air liur dan kelenjar kulit banyak mengandung virus rabies.

 

  • Masa inkubasi rabies adalah waktu yang diperlukan virus rabies saat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan HPR hingga menimbulkan gejala rabies.     Masa inkubasi sangat bervariasi antara 2 minggu hingga 2 tahun (rata-rata 2-3 bulan) yang tergantung dari jenis dan jumlah virus rabies, host (kondisi     kesehatan seseorang yang digigit HPR), dan lokasi gigitan.  Gigitan di daerah wajah, leher dan kepala memiliki masa inkubasi yang lebih pendek karena     jarak yang lebih dekat dengan otak dan memiliki jumlah persarafan yang sangat banyak.
  •    Masa inkubasi yang lama memberikan kesempatan kita untuk melakukan pencegahan rabies dengan vaksinasi sehingga Penyakit Rabies dikategorikan sebagai penyakit yang dapat di cegah

 

Bagaimana mendiagnosis Rabies?

Dokter mendiagnosis rabies berdasarkan gejala klinis yaitu adanya sindrom neurologis akut berupa ensefalitis dengan dominan tipe ganas/furious (hiperaktifitas dan fobia) atau tipe paralitik yang berkembang progresif hingga kematian akibat gagal jantung dan pernafasan dalam 7-10 hari dari gejala awal muncul apabila tanpa fasilitas perawatan intensif. Disertai adanya riwayat gigitan/kontak dengan HPR

 

Apakah Rabies dapat dicegah?

Rabies penyakit fatal yang menyebabkan kematian pada hampir seluruh kasus rabies, namun penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.

 

Ada tiga komponen penting dalam pencegahan rabies antara lain:

1.     Penanganan kasus gigitan HPR

2.     Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)

3.     Pemberian Serum Anti Rabies (SAR)

 

Penanganan Kasus gigitan HPR

  1. Luka harus segera dicuci dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit (hal ini merupakan pertolongan pertama yang sangat penting dalam pencegahan rabies)
  2. Luka diberikan povidine iodine/ alkohol bila tersedia
  3. Hindari:  memberikan bahan yang menyebabkan iritasi pada luka gigitan (perasan tanaman, bubuk cabe dan bahan alkali/asam)
  4. Hindari: menutup luka dengan perban dan kain pembalut.
  5. Segera berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut. 
  6. Dokter akan melakukan pemeriksaan luka gigitan secara lengkap berdasarkan kategori luka WHO (kategori I, II, dan III), menanyakan status vaksinasi pasien dan kondisi HPR yang menggigit.
  7. Dokter akan dengan memberikan vaksinasi dan pengobatan lain (antibiotika atau obat lain) sesuai indikasi.

 

Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)

Indikasi, jadwal, dosis dan teknik  pemberian VAR disesuaikan dengan peraturan kementerian kesehatan yang berlaku dan rekomendasi WHO.

  1. VAR diberikan pada kondisi luka gigitan kategori II dan III yaitu kontak dengan HPR yang menyebabkan luka lecet dan berdarah atau mukosa yang terkena air liur HPR.
  2. VAR diberikan segera setelah gigitan anjing yang menderita rabies atau diduga terinfeksi rabies (anjing menghilang setelah mengigit, anjing telah dibunuh, anjing memperlihatkan perilaku aneh atau anjing terkonfirmasi positif pada pemeriksaan laboratorium).
  3. VAR dihentikan pemberiannya apabila anjing yang mengigit dalam observasi 10 hari tetap sehat atau dalam pemeriksaan laboratorium terbukti negatif rabies.
  4. VAR diberikan beberapa kali suntikan dalam satu bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan untuk mencapai kekebalan tubuh terhadap rabies yang optimal.
  5.  Kasus gigitan HPR pada seseorang yang telah di vaksinasi sebelumnya memerlukan suntikan yang lebih sedikit sesuai dengan rekomendasi yang ada.

 

Pemberian Serum Anti Rabies (SAR)

Indikasi, jadwal, dosis dan teknik  pemberian SAR disesuaikan dengan peraturan kementerian kesehatan yang berlaku dan rekomendasi WHO.

    1. Serum anti rabies (SAR) diberikan pada luka kategori III yaitu luka berat dengan perdarahan aktif, gigitan yang multipel dan gigitan pada area dengan persarafan banyak seperti wajah, leher, kepala, tangan dan genetalia.
    2. SAR diberikan satu kali yang idealnya disuntikan bersaman dengan VAR dosis pertama atau dapat diberikan dalam rentang waktu hingga 7 hari setelah pemberian VAR pertamakali.
    3. SAR tidak diberikan pada pasien yang pernah mendapatkan VAR sebelumnya

Apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu pencegahan dan pengendalian rabies di daerah Anda ?

    • Jadilah pemilik anjing yang bertanggung jawab dengan :
      • membawa anjing peliharaan untuk vaksinasi rabies secara rutin
      • mengandangkan anjing peliharaan
      • memberikan makanan yang layak pada anjing peliharaan
    • Hindari menjual atau mengonsumsi susu atau daging sapi/kerbau yang diduga terinfeksi rabies.
    • Berperan aktif untuk menyebarkan informasi tentang penanggulangan rabies di wilayah sekitar anda.
  •  

 

Referensi

Fooks, A.R. et al. 2017. Rabies. Nature Reviews. Disease Primers; 3: 17091

Kampanye Hari Rabies Sedunia 2022 – Rabies : “One Health, Zero Death”. http://p2p.kemkes.go.id/

Susilawathi et al. 2012. Epidemiological and clinical features of human rabies cases in Bali 2008-2010. BMC Infect Dis;12:81

WHO. Rabies: Fact Sheet. https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/rabies

WHO. Expert Consultation on Rabies, Third Report. 2018.

https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/272364/9789241210218-eng.pdf?ua=1

WHO. Frequently asked questions about rabies for Clinicians. 2018. https://apps.who.int/rabies/Rabies_Clinicians_FAQs_20Sep2018.pdf?ua=1

WHO. Frequently Asked Questions on Rabies. 2013.

https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/910756/retrieve

 

 

 

 

 

pojok susi