STRENGTHENING NEW PRODUCT SUCCESS

Dr. Ni Wayan Ekawati, SE.,MM : Prof. Dr. Ketut Rahyuda,SE.,MSIE: Prof.Dr. Ni Nyoman Kerti Ya,SE.,MS : Dr. I Putu Gde Sukaatmadja,SE.,MP

ISBN : 978-623-6068-73-1 Published : 2021

Abstrak

Fenomena riil yang melatarbelakangi penelitian ini adalah aktivitas wirausaha mampu memberikan manfaat ekonomi, sosial, lingkungan, dan keberlanjutan organisasi dan suatu negara. Manfaat ekonomi adalah mampu membantu perkembangan perekonomian masyarakat suatu negara, manfaat sosial yang berdampak pada kesejahteraan sosial masyarakat. Kegiatan wirausaha selain diakui mampu memberikan pengaruh positif pada perkembangan perekonomian, juga dianggap memiliki pengaruh negatif yang menjadi suatu kekhawatiran banyak pihak (Koe et al., 2014). Efek negatif  yang  dimaksud  adalah   wirausaha   memiliki   peran   terhadap  terjadinya   kerusakan  lingkungan  alam di sekitar  organisasi, dan bila dibiarkan akan memiliki pengaruh yang lebih luas. Kondisi tersebut menandakan aktivitas kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh wirausaha saat ini  dianggap   menimbulkan  kekhawatiran  sebagai  penyebab  terjadinya   perubahan lingkungan alam seperti perubahan cuaca atau iklim yang tidak menentu, pengaruh pada ketersediaan sumber daya alam di bumi, penyebab polusi, menimbulkan kerusakan habitat, ataupun yang berkaitan dengan kerusakan alam (Cohen dan Winn, 2007; Gnacadja, 2013). Apabila itu terus berlanjut, akan berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup ataupun bencana lain yang timbul sebagai akibat dari kerusakan lingkungan (Organization for Economic Corporate and Development, OECD, 2009).

            Berkaitan dengan etika bisnis dan tanggungjawab sosial perusahaan dalam bisnis, maka mulailah bermunculan wirausaha yang menjalankan kegiatan bisnisnya sudah memperhatikan isu-isu lingkungan yang harus dipatuhi, lebih peduli lingkungan dengan inisiatif untuk menjaga lingkungan. Selain pengusaha, masyarakat sebagai individu sudah mulai sadar terhadap lingkungan alam, sadar terhadap pentinnya hidup sehat, sehingga timbul kesadaran terhadap kebutuhan produk berbahan alami, yang mampu mendorong mereka menjadi konsumen yang peduli lingkungan. Kesadaran ini menimbulkan permintaan akan produk-produk ramah lingkungan semakin meningkat. Situasi ini mendorong produsen berupaya untuk memenuhi kebutuhan yang terbentuk. Perusahaan yang menerapkan kegiatan ramah lingkungan mendapat banyak keuntungan. Kesadaran tersebut muncul dikalangan pimpinan perusahaan untuk menciptakan pendekatan hijau pada aktivitas organisasi dan upaya kepedulian pada lingkungan. Wirausaha yang mencerminkan sifat kepedulian pada lingkungan alam dalam melakukan bisnis disebut ecopreneurship. Ecopreneurship merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan pada Harvard Business review tahun 1970. Hingga saat ini penelitian mengenai ecopreneurship masih sebatas penelitian literatur. Penelitian ecopreneurship yang dimiliki oleh individu-individu dalam organisasi bisnis hijau, masih sangat sedikit, apalagi pada sektor Usaha Kecil Mandiri (UKM)

            Penelitian ini mengembangkan konsep penelitian Wong (2012) yang berfokus pada industri elektonik di Cina menerapkan bisnis ramah lingkungan, berkaitan dengan inovasi hijau terdiri atas inovasi produk dan inovasi proses, berpengaruh terhadap keunggulan bersaing dan sukses produk baru. Berkaitan dengan bisnis ramah lingkungan sangat dekat dengan kepedulian dan kesadaran pengusaha terhadap lingkungan, maka dilakukan pengembangan dengan menambahkan variabel baru yaitu variabel ecopreneurship. Karena itu, pokok masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh ecopreneurship terhadap sukses produk baru,  ecopreneurship terhadap keunggulan bersaing, inovasi hijau terhadap keunggulan bersaing, inovasi hijau terhadap sukses produk baru, keunggulan bersaing terhadap sukses produk baru, peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh ecopreneurship terhadap sukses produk baru dan peran keunggulan bersaing  memediasi pengaruh inovasi hijau terhadap sukses produk baru Spa di Bali.

            Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif untuk menjawab masalah penelitian. Variabel yang diteliti bersifat kuantitatif dan proses pengumpulan data menggunakan perdekatan persepsi untuk memudahkan pengukuran. Rancangan penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) sejak melakukan survey awal dan melakukan penyebaran kuesioner penelitian kepada para responden. Hasilnya digunakan untuk merumuskan hipotesis penelitian, kemudian hipotesis penelitian di uji dengan menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah populasi yang ada. Populasinya adalah produsen produk Spa Bali yang terdapat di Bali berjumlah sebelas perusahaan yang sudah bergabung dalam Persatuan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) cabang Bali. Seluruh produsen menjadi bagian dari populasi, dengan menggunakan unit analisis adalah individu yang terdapat dalam organisasi, terdiri atas pimpinan organisasi, para manajer-manajernya, apoteker ataupun bagian litbang. Sampelnya berjumlah 44 sampel, yang diperoleh dari masing-masing produsen dengan mengambil 5 sampai 6 responden. Rancangan penelitian menggunakan analisis kuantitatif. Analisis multivariate menggunakan model persamaan struktural atau SEM (structural equation modeling) berbasis Partial Least Square (PLS) versi-3.

            Jumlah responden adalah 44 orang, 75 persen di dominasi oleh perempuan sebagai pebisnis yang menerapkan pendekatan hijau pada produsen produk Spa Bali. Usia responden di dominasi oleh usia 30-50 tahun sebesar 69 persen, sedangkan dari sisi pengalaman menerapkan bisnis hijau di dominasi berkisar lima sampai sepuluh tahun yaitu sebesar 45 persen.

            Berhubungan dengan implementasi ecopreneurship pada produsen produk Spa Bali sangat kuat direfleksikan oleh adanya keinginan menjaga lingkungan dan kepedulian pada lingkunan, selanjutnya akan menjadi konsisten menghasilkan produk ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Ecopreneurship sebenarnya sudah terdapat didalam individu masing-masing. Ecopreneurship dilakukan karena melihat peluang yang besar untuk memasarkan produk ramah lingkungan, saat ini pertumbuhan pasar produk hijau cenderung meningkat serta sangat memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan dengan menerapkan bisnis hijau.

Inovasi hijau yang terdiri atas inovasi produk dan inovasi proses sangat kuat direfleksikan oleh penggunaan bahan-bahan alami yang digunakan dalam memproduksi produk, keamanan bahan mentah yang digunakan sangat terjamin yaitu bahan mentah yang secara umum dikatagorikan aman tidak beracun dan tidak berbahaya untuk kesehatan. Produk Spa Bali tanpa menggunakan bahan pengawet buatan, pengawetnya adalah bahan pengawet alami yang sudah terbukti dan diakui secara tradisional mampu membantu mengawetkan produk (minyak, kunir, garam dan rempah-rempah). Inovasi proses yang sangat dominan mendukung menghasilkan produk hijau adalah dalam penggunaan listrik yang sangat hemat selama proses produksi, karena lebih banyak menggunakan bantuan sinar matahari dan suhu ruangan. Begitu pula dalam menangani limbah sisa hasil produksi sudah sangat efektif, di mana limbah sisa produksi diolah kembali dengan dinetralisir menjadi air atau pupuk yang aman digunakan kembali untuk menyirami dan memupuk tanaman bahan mentah produk Spa, maupun dikembalikan kepada alam.

Keunggulan bersaing yang dimiliki produsen produk Spa Bali ini sangat meyakinkan untuk menghadapi persaingan yaitu produk memiliki manfaat yang tidak ditemukan pada produk lain dan kualitas yang dimiliki lebih tinggi. Keunggulan lainnya yang sangat mendukung adalah mampu menawarkan bahan herbal, serta kemampuan menawarkan produk segar. Artinya, produk yang dihasilkan sudah sangat memiliki keunggulan bersaing. Secara keseluruhan keunggulan bersaing yang dimiliki mempunyai peran yang mendukung mencapai sukses produk baru.

Tujuan akhir dari keunggulan bersaing yang ingin dicapai adalah tercapainya sukses produk baru Spa Bali yang dihasilkan. Katagori sukses produk baru dalam bisnis hijau adalah produk baru yang dihasilkan sesuai dengan arahan untuk memelihara lingkungan, mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan staheholder khususnya konsumen serta mampu menghasilkan pendapatan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Penelitian ini telah mampu menjawab tujuh permasalahan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Ecopreneurship berpengaruh positif dan signifikan terhadap sukses produk Baru. Indikator-indikator yang merefleksikan ecopreneurship, jika diterapkan dengan lebih baik akan mampu mencapai sukses produk baru yang lebih sukses lagi. Indikator kunci ecopreneurship tersebut adalah konsisten menghasilkan produk ramah lingkungan, dan keinginan menjaga lingkungan, (2) Ecopreneurship terbukti berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing. Ternyata, ecopreneurship yang dimiliki oleh produsen produk Spa Bali mampu menghasilkan keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing direfleksikan oleh empat indikator yaitu indikator menawarkan bahan herbal, menawarkan produk segar, manfaat yang tidak ditemukan pada produk lain, serta kualitas yang lebih tinggi. Terdapat dua indikator yang dominan kuat merefleksikan keunggulan bersaing yaitu menawarkan bahan herbal dan menawarkan produk segar. (3) Inovasi hijau produsen produk Spa Bali tidak berpengaruh terhadap keunggulan bersaing. Inovasi hijau terdiri atas dua dimensi yaitu dimensi inovasi produk dan dimensi inovasi proses. Empat indikator mampu merefleksikan variabel inovasi hijau yaitu indikator keamanan bahan yang digunakan, penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan zat pewarna alami, dan indikator penggunaan zat pengawet alami. Dapat dijelaskan bahwa indikator yang dominan kuat mereflesikan dimensi inovasi produk pada produsen produk Spa Bali seperti keamanan bahan yang digunakan, dan penggunaan zat pewarna alami. Terdapat dua indikator yang mampu merefleksikan dimensi inovasi proses yaitu penggunaan teknologi yang hemat listrik, dan indikator proses produksi mengurangi limbah. Namun, kalau dilihat dari variabel inovasi hijau, maka terdapat dua indikator dominan kuat yang merefleksikan inovasi hijau produsen produk Spa Bali yaitu keamanan bahan yang digunakan dan penggunaan zat pewarna alami. (4) Inovasi hijau produsen produk Spa Bali berpengaruh langsung terhadap sukses produk baru. Sukses produk baru terdiri atas tiga indikator yaitu indikator produk baru sesuai dengan arahan pemeliharaan lingkungan dan sesuai dengan aturan untuk penyelamatan lingkungan, memenuhi persyaratan yang ditetapkan stakeholder (konsumen), dan indikator mampu menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Dua dari tiga indikator tersebut mampu dominan kuat merefleksikan variabel sukses produk baru seperti indikator produk baru sesuai dengan arahan pemeliharaan lingkungan serta sesuai dengan aturan untuk penyelamatan lingkungan dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan stakeholder (konsumen). (5) Keunggulan bersaing produsen produk Spa Bali berpengaruh langsung secara signifikan terhadap sukses produk baru. Semakin kuat keunggulan bersaing pada produsen produk Spa Bali maka semakin besar peluang perusahaan untuk mencapai sukses produk. (6) Keunggulan bersaing memediasi sebagian (partial mediation) antara ecopreneurship terhadap sukses produk baru. Ternyata keunggulan bersaing yang dimiliki produsen produk Spa Bali berperan sebagai mediasi yang berpengaruh lemah terhadap hubungan antara ecopreneurship dengan sukses produk baru. (7) Keunggulan bersaing produsen produk Spa Bali tidak memediasi hubungan antara inovasi hijau dengan sukses produk baru. Karena inovasi hijau produsen produk Spa Bali sudah mampu secara langsung menghasilkan sukses produk.

Berdasarkan temuan penelitian, maka kebaruan (novelty) yang terlihat pada penelitian ini yaitu: (1) pengembangan model Wong (2012), dengan menambah variabel baru berupa variabel ecopreneurship sebagai variabel eksogen, direfleksikan oleh indikator konsisten menghasilkan produk ramah lingkungan dan keinginan menjaga lingkungan.  (2) keunggulan bersaing sebagai variabel mediasi berperan ganda yaitu keunggulan bersaing mampu sebagai variabel mediasi pengaruh ecopreneurship terhadap sukses produk baru dan keunggulan bersaing bukan sebagai variabel mediasi pengaruh inovasi hijau terhadap sukses produk baru

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran kepada para produsen produk Spa Bali sebagai berikut. (1) Produsen produk Spa Bali tidak harus melakukan inovasi hijau melalui inovasi produk dan inovasi proses, karena hingga saat ini belum dibutuhkan untuk menghasilkan keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing yang bisa diraih oleh produsen produk Spa Bali tidak harus melalui inovasi hijau yang terdiri atas inovasi produk dan inovasi proses, namun sangat memungkinkan juga dipengaruhi oleh unsur lainnya. (2) Mengingat temuan penelitian ini bahwa inovasi hijau yang terdiri atas inovasi produk dan inovasi proses tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing, maka kemungkinan terdapat dimensi inovasi lain yang mampu mempengaruhi keunggulan bersaing. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian inovasi hijau terhadap keunggulan bersaing.  Demikian juga, dapat melakukan penelitian pada segmen yang berbeda yaitu pada jenis usaha yang berbeda, geografis berbeda, namun masih pada sektor UKM.