Journal article

Upacara Pewintenan Jro Pasek Desa Pakraman Les-Penuktukan - Kajian Linguistik Budaya

I KETUT RIANA NI PUTU EVI WAHYU CITRAWATI I GUSTI AGUNG ISTRI ARYANI Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo

Volume : 50 Nomor : 26 Published : 2019, March

Jurnal Linguistika

Abstrak

Upacara mewinten atau upanaya merupakan salah satu upacara manusa yadnya. Secara lahiriah mewinten berarti pembersihan diri dari kotoran yang melekat pada diri, dengan menggunakan sarana air dan beraneka ragam bunga. Upacara pewintenan Jro Pasek yang ada di Desa Pakraman Les-Penuktukan merupakan salah satu upacara yang ada di masyarakat Bali Aga/Bali Kuno. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan seseorang yang akan menjadi penghulu adat, yang bertugas untuk memimpin upacara dan memimpin masyarakat secara adat. Upacara ini diawali dengan pembersihan di rumah Jro Pasek yang terpilih, kemudian siang harinya calon Jro Pasek datang ke Pura Bale Agung yang diiringi oleh krama desa adat, untuk melakukan pewintenan di Pura Bale Agung. Upacara pewintenan ini dipimpin oleh Jro Mangku tertua dan tertinggi kedudukannya di Desa Adat Les-Penuktukan, yaitu Jro Mangku Puseh. Setelah itu, Jro Pasek mekemit di Pura selama tiga hari. Setelah tiga hari diadakan upacara mancangkarma ke segara. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat lapangan. Penelitian lapangan biasanya dibantu dengan beberapa teknik untuk menjaring data, seperti teknik wawancara dan dibantu dengan teknik catat. Semua data yang direkam kemudian ditranskripsikan dengan menggunakan kartu data. Teknik penyajian hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Metode formal, yaitu berupa penyajian hasil analisis data dengan perumusan lambang-lambang, tabel-tabel, dan sebagainya. Metode informal adalah penyajian kaidah dengan rumusan kata-kata biasa.