Crafters in the Ancient Bali Period
Prof.Dr.I Wayan Ardika,MA., Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.
ISBN : 978-602-294-046-3 Published : 2015
Abstrak
Buku ini merupakan hasil kajian terhadap sejumlah prasasti Bali Kuno yang terkait dengan berbagai jenis basil kerajinan, peran dan status perajin di masa lalu. Kehadiran perajin atau spesialis dalam masyarakat sering dikaitkan dengan kompleksitas organisasi sosial yang berkembang pada masa tertentu. Produk atau hasil kerajinan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni barang-barang kebutuhan sehariĀhari (goods) dan komoditas yang berfungsi sebagai kekayaan (wealth).
Berdasarkan produk atau hasil kerajinan tersebut maka setiap individu, demikian juga para elite sangat membutuhkannya, sehingga kedudukan dan peran perajin sangat penting di masyarakat. Sejumlah prasasti Bali Kuno mengindikasikan bahwa perajin logam (pande), pembuat pola kain tenun ikat (mangikat), tukang celup wama biru (mangnila) dan merah (mamangkudu), pembuat kain kajang (mangjahit kajang), dan pembuat cadar (macadar) tampaknya telah diatur keberadaannya dengan berbagai ketentuan oleh penguasa atau raja pada masa lalu. Jumlah kelompok perajin yang bermukim di satu desa tampaknya dibatasi, dan mereka juga dikenai pajak oleh raja. Pembatasan jumlah perajin yang bermukim di suatu tempat atau lokasi dimaksudkan untuk menghindari adanya persaingan di antara mereka dan mencegah terjadinya hasil produksi kerajinan yang berlebihan (over production).
Selain perajin, prasasti-prasasti Bali Kuno juga menyebutkan tentang kelompok seniman yang berkembang di masyarakat pada masa itu. Para seniman juga dibedakan menjadi dua kelompok, yakni seniman rakyat (ambaran) dan seniman istana (i haji). Perlu dicatat bahwa upah atau ongkos seniman rakyat lebih murah dibandingkan dengan seniman istana. Fenomena ini mengindikasikan bahwa perbedaan upah atau ongkos yang diperoleh oleh seniman tampaknya terkait dengan kualitas kesenirnanannya. Sebagai kelompok spesialis, seniman pun dikenai pajak oleh penguasa pada masa Bali Kuno.
Penulis berharap buku ini dapat memberikan informasi dan gambaran umum tentang keberadaan dan peran spesialis, dalam konteks ini perajin dan seniman pada masa Bali Kuno. Pemahaman ini menjadi penting untuk mengetahui keberadaan dan kedudukan spesialis, terutama perajin dan seniman pada masa lalu yang mungkin masih relevan pada masa kini. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Toyota Foundation yang telah memberikan dana dengan Grant Nomor: 95-1-025 dan Grant Nomor: 96-1-010. Tanpa bantuan tersebut niscaya penelitian ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Udayana Press beserta staf dan semua pihak yang telah membantu penulis sehingga buku ini bisa terwujud.