Journal article
Faktor yang Berperan pada Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi di Kabupaten Lombok Timur
Yudi Ardiana PANDE PUTU JANURAGA I NYOMAN MANGKU KARMAYA
Volume : 3 Nomor : 2 Published : 2015, December
Public health and Preventive Medicine Archive
Abstrak
Abstrak Latar belakang dan tujuan: Program keluarga berencana (KB) saat ini telah mulai mengedepankan pentingnya peran suami sebagai akseptor vasektomi. Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu daerah dengan jumlah akseptor laki-laki yang tinggi. Fenomena ini perlu dipahami secara lebih mendalam sebagai dasar penyusunan strategi peningkatan penerimaan kontrasepsi vasektomi secara lebih luas di daerah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam faktor yang berperan pada penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada 20 orang partisipan yaitu lima pasang suami-istri akseptor vasektomi dan lima pasang suami-istri nonakseptor vasektomi. Data dianalisa dengan menggunakan analisis tematik. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa keputusan untuk menerima vasektomi dilakukan secara cepat dan diambil secara sukarela tanpa ada tekanan atau paksaan dari petugas atau orang lain. Faktor utama yang berkaitan dengan penerimaan vasektomi adalah tersedianya layanan cepat dan gratis yang difasilitasi oleh petugas PLKB dan kader, selain karena alasan ekonomi seperti penggunaan KB hormonal membutuhkan biaya yang mahal serta memiliki anak yang banyak. Faktor pendorong lainnya dalam penerimaan vasektomi adalah adanya peran dari istri yang mendukung suami dan penerimaan masyarakat yang cukup baik. Simpulan: Peran ketersediaan layanan, tenaga kesehatan dan kader sangat besar dalam memberikan informasi, memberikan motivasi dan memfasilitasi penggunaan vasektomi. Diperlukan peningkatan kapasitas kader, PLKB dan motivator KB agar jumlah akseptor vasektomi semakin meningkat. Kata kunci: penerimaan, vasektomi, kualitatif, Lombok