PEKERJA INDUSTRI PARIWISATA BALI DAN COVID -19

29/06/2020 Views : 271

Putu Sucita Yanthy

Siapa yang akan menyangka bahwa dampak Covid-19 dapat melumpuhkan Bali sebagai destinasi wisata idaman bagi setiap pelancong. Hampir empat bulan lamanya destinasi wisata Bali tidak menerima kedatangan turis. Seluruh fasilitas pariwisata tak bergeming begitu juga para pekerja yang bergantung pada industri ini.


WTTC World Travel World Travel & Tourism Council (WTTC) mendapatkan data bahwa 75 juta orang yang bekerja di industri perjalanan dan pariwisata diseluruh dunia bisa kehilangan pekerjaan yang artinya 1 juta pekerjaan di bidang pariwisata hilang setiap harinya. Efek domino ini akan mengakibatkan orang-orang akan mudah kehilangan pekerjaan bagi bagi para pekerja dan para wirausahawan (link).


“PHK atau dirumahkan” begitu kata mereka, para informan yang berhasil penulis wawancarai. Covid-19 adalah penyebab utamanya, tidak berdiam diri para pekerja industri pariwisata kini memutar otak untuk terus dapat menyambung hidup. Mereka tak kenal menyerah dan lelah, seolah banting setir bukan masalah. Dari pengamatan sosial media seperti facebook, instagram dibanjiri unggahan berbagai produk untuk dijual. Seperti makanan cepat saji, sayur dan lauk, hingga makanan ringan. Hal ini dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena tidak adanya penghasilan yang diperoleh dari bekerja seperti biasanya.


Contohnya seorang perempuan manager revenue and reservation pada sebuah hotel berbintang di Bali di Jimbaran yang penulis kenal sebagai alumni Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Daftar unggahan facebooknya penuh dengan barang dagangan, setiap hari akan diupdate seperti foto berikut:


(Foto diakses 26 Juni 2020 pada akun Facebook Maniez Kariati)



(Foto diakses 26 Juni 2020 Facebook Maniez Kariati)



Unggahan foto Ini merupakan salah satu contoh, bila ditelusuri lagi akan banyak sekali kita temukan di media sosial. Syukurnya keadaan ini diterima oleh keluarga mereka dengan sangat baik, bahkan banyak dari mereka menyampaikan kini lebih banyak punya waktu untuk keluarga dan adat. Harapan mereka semoga segera kembali seperti dulu lagi, mereka bisa bekerja mungkin akan kembali ke industri pariwisata atau menekuni bidang-bidang lainnya.

Artikel ini merupakan bagian dari riset yang sedang dilakukan oleh penulis, dengan mewawancarai 25 pekerja indusri pariwisata baik laki-laki atau perempuan dalam kurun waktu empat bulan sambil menjalani WFH. Secara singkat tertulis dalam artikel ini, namun untuk lebih lengkapnya artikel ini masih dalam proses untuk dipublikasikan pada Jurnal yang dituju (Putu Sucita Yanthy)