THE ROLE OF VITAMIN D IN CHILDREN'S BODY RESISTANCE
16/08/2023 Views : 117
Wega Upendra Sindhughosa
PERANAN VITAMIN D TERHADAP DAYA TAHAN TUBUH ANAK A. Latar Belakang Vitamin D Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak serta memiliki fungsi yang penting bagi tubuh manusia. Salah satu fungsi vitamin D yang diketahui adalah menjaga kesehatan fungsi tulang, gigi dan otot. Makanan yang secara alami mengandung vitamin D contohnya adalah minyak ikan (sardine, herring, tuna, mackerel, salmon dan minyak hati ikan cod), telur, jamur, liver, daging. 80% dihasilkan melalui radiasi ultraviolet B. Terdapat 2 bentuk vitamin D yang memiliki fungsi signifikan untuk manusia yaitu vitamin D2 (ergocalciferol) dan vitamin D3 (cholecalciferol) Metabolisme Vitamin D diawali dengan terbentuknya vitamin D di kulit yaitu ketika radiasi sinar matahari UVB dengan panjang gelombang 280-320 nm mengenai kulit mengaktifkan prekursor molekul 7-dehydrocholesterol menjadi pre-vitamin D3. Pre vitamin D3 mengalami isomerisasi di lapisan basal epidermal menjadi vitamin D3. Asupan vitamin D2/D3 juga bisa didapatkan dari makanan yang mengandung vitamin D2/D3. D2/D3 kemudian akan berikatan dengan D-binding protein (DBP) di aliran darah dan diangkut menuju hati. D2/D3 kemudian akan [dihidroksilasi oleh enzim 25-hidroksilase menghasilkan 25-hydroxycholecalciferol [25(OH)D] (calcifediol atau calcidiol). 25(OH)D akan berikatan dengan DBP di darah dan dibawa menuju ginjal. Di ginjal 25(OH)D akan diubah menjadi 1,25(OH)2D (calcitriol) oleh enzim 1α-hydroxylase. 1,25(OH)2D memiliki fungsi yang penting terhadap organ tubuh dan jaringan. Calcitriol merupakan bentuk aktif dari vitamin D dan memiliki fungsi dan peran seperti hormon. Calcitriol memiliki peranan penting dalam regulasi kadar kalsium dan fosfat di dalam darah dengan cara memengaruhi absorpsi di pencernaan. Calcitriol juga membantu mineralisasi tulang dan fungsinya dan membantu berbagai proses fisiologis dalam tubuh termasuk fungsi sistem imun. B. Peran Vitamin D Fungsi Vitamin D yang sedang dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu memiliki fungsi autokrin dan fungsi endokrin. Beberapa fungsi autokrin vitamin D adalah melindungi tulang dari resorpsi yang berlebihan, melindungi otot dari terjadinya wasting, mencegah terjadinya sepsis dan infeksi nosokomial, mencegah acute lung injury, ARDS, Ventilator associated pneumonia, sedangkan efek pada jantung vitamin D merupakan antiarrythmogenic. Fungsi endokrin pada vitamin D adalah berperan dalam homeostasis kalsium. Peranan vitamin D dalam respon imun yaitu memiliki peran sebagai innate immune response dan Adaptive immune response. Sebagai innate immune response vitamin D berperan dalam produksi peptida antimikroba, melakukan modulasi terhadap fungsi makrofag/monosit dan dendritic cells, dan juga membatasi produksi sitokin pro inflamasi yang berlebihan oleh makrofag (IL-1, TNF alfa). Sebagai Adaptive immune response vitamin D memiliki fungsi membatasi produksi yang berlebihan dari sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh sel T (INF gamma, IL2, IL8, IL6), berperan dalam perubahan Th1 menjadi Th2 dan meningkatkan sitokin Th2 (IL4 dan IL10), menginduksi diferensiasi dari sel T reg, mengurangi produksi antibodi yang berlebihan. C. Sumber Vitamin D Vitamin D bersumber dari makanan dan paparan sinar matahari. Beberapa aspek yang memengaruhi produksi vitamin D setelah dilakukan paparan sinar matahari adalah kadar baseline vitamin D dalam tubuh, pigmentasi kulit, dosis paparan UVB dan frekuensi paparan, area luas permukaan tubuh yang terpapar sinar matahari. Di Indonesia ada beberapa penelitian yang mempelajari paparan sinar matahari terhadap produksi vitamin D, contohnya penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dkk tahun 2019 menyebutkan bahwa terdapat 109 subjek berumur 7-12 bulan dilakukan paparan sinar matahari pada 50% luas permukaan tubuh dilakukan pada pukul 10.00-14.00 selama 5 menit, 3 kali seminggu selama 2 bulan didapatkan peningkatan serum vitamin D 8,9 ng/ml. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Judistiani dkk tahun 2019 menyebutkan bahwa semakin luas area permukaan tubuh yang terkena paparan sinar matahari maka semakin tinggi kadar vitamin D dalam darah, kemudian paparan UVB paling tinggi yaitu antara pukul 10.00-13.00. Berdasarkan LAPAN tahun 2018 intensitas UVB paling tinggi di indonesia yaitu sekitar pukul 10.00-14.00 dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan agustus. Bentuk Vitamin D yang didapatkan dari makanan adalah ergocalciferol (D2) dan cholecalciferol (D3). Bentuk yang memiliki bioavailibilitas tinggi adalah 25-hydroxyvitamin D. Vitamin D di serap di usus halus sekitar 55-99% (± 78%) dari total asupan vitamin D. Vitamin D di absorbsi secara difusi pasif, faktor-faktor yang memengaruhi absorbsi diantaranya malabsorbsi intestinal, asupan asam lemak rantai panjang dapat menurunkan absorbsi vitamin D3, obat-obatan seperti pengikat garam empedu, dan anti obesitas, asupan serat juga berpengaruh terhadap absorbsi vitamin D, interaksi dengan mikronutrien yang lain seperti vitamin E dan K. Absorbsi vitamin D setelah mengkonsumsi makanan rendah lemak 20% lebih tinggi dibandingkan tidak ada makanan yang masuk dan 16% lebih tinggi daripada mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak. D. Rekomendasi Asupan Vitamin D Asupan vitamin D yang dianjurkan pada bayi umur 0-6 bulan adalah 400 IU/hari dengan batas maksimal asupan per hari adalah 1000 IU/hari, pada anak umur 7-12 bulan asupan yang dianjurkan adalah 400 IU/hari dengan batas maksimal asupan per hari adalah 1500 IU/hari. pada anak umur 1-18 tahun asupan yang dianjurkan menurut RDA adalah 600 IU/hari. Daftar Pustaka • Reboul, E. 2015. “Intestinal absorption of vitamin D: from the meal to the enterocyte”. Food and Function. Issue 2. Available at: https://doi.org/10.1039/C4FO00579A. • Maurya, V. K. Aggarwal, M. 2017. Factors influencing the absorption of vitamin D in GIT: an overview. J Food Sci Technol. 54(12): 3753-3765. Available at: https://doi.org/10.1007/s13197-017-2840-0. • Dawson-Hughes et al. 2013. Impact of calcium and vitamin D insufficiencies on serum parathyroid hormone and bone mineral density: analysis of the fourth and fifth Korea National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES IV-3, 2009 and KNHANES V-1, 2010). J Bone Miner Res. 2013 Apr;28(4):764-70.doi:10.1002/jbmr.1790. • Silva, J. S. V et al. 2020. ASPEN Consensus Recommendations for Refeeding Syndrome. Nutr Clin Pract. Apr;35(2):178-195.doi: 10.1002/ncp.10474.