MOTIF HIAS KAIN PADA ARCA DI PURA PUSEH DESA SUMERTA, DENPASAR BALI

30/07/2020 Views : 2232

COLETA PALUPI TITASARI

 

 

Arca sebagai tinggalan arkeologi pada masa masa lampau merupakan produk ciptaan manusia yang tidak ternilai harganya. Tinggalan arkeologi tersebut merupakan bukti kepandaian budaya nenek moyang kita, Sebagai benda cagar budaya pembuatan seni arca tidak dapat dipisahkan dari nilai estetika, maupun nilai religius magis yang terkandung didalamnya. Berkaitan dengan beberapa arca perwujudan di Pura Puseh Desa Sumerta, untuk menambah keindahan  arca juga dilengkapi dengan hiasan-hiasan dan beberapa atribut yang berguna untuk menunjukkan identitas arca tersebut, salah satu perlengkapan sebuah arca adalah kain yang dikenakan. Kain yang dimaksud disini adalah penutup badan arca dari pinggang ke bawah.

Untuk menambah keindahan kain tersebut maka biasanya dibubuhi beberapa hiasan atau ragam hias.. ragam hias ini muncul dalam bentuk yang khas dengan bentuk yang sangat kaya. Ragam hias atau biasa disebut juga ornamentasi, merupakan bentuk hasil dari kesenian yang biasa disebut dengan seni hias atau decorative art. Seni hias adalah segala rupa yang digunakan untuk memperindah atau menghiasi benda lain. Sesuai dengan sifatnya, seni hias tidak dapat berdiri sendiri dan hanya merupakan pelengkap dari benda lain. Oleh karena itu, unsur seni hias bertujuan untuk menambah keindahan dan keselarasan suatu benda (Atmosudiro, dkk. 2008: 156).  .

Bentuk ragam hias masing-masing daerah di Nusantara dapat ditemukan pada berbagai media, seperti tembikar, logam, batu dan kain. Ragam hias atau ornamentasi pada tinggalan arkeologi umumnya dapat ditemui pada gerabah, keramik, senjata, genta, arca, dan juga tinggalan lainnya. Selain itu, ragam hias atau ornamentasi juga dapat ditemukan pada bangunan-bangunan, baik yang bersifat sakral maupun bangunan biasa, seperti candi, keratin, masjid, maupun bangunan lainnya (Soejatmi, 1987: 288-289). Ragam hias tersebut dituangkan dalam berbagai motif.

Gambaran Umum Ragam Hias Indonesia

Ragam hias merupakan bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulan-ulang dalam suatu karya seni. Ragam hias sering juga disebut dengan ornament, berasal dari bahasa Yunani “ornare” yang berarti hiasan. Produk seni ini sengaja diciptakan  untuk mengis panil atau ruang kosong menjadi terisi, dengan maksud memperindah karya seni. Karya seni yang dimaksud seperti tenunan, tulisan pada kain, batik, songket, ukiran, atau pahatan pada kayu dan batu. Ragam hias atau ornamen memiliki berbagai aspek seperti jenis motif, corak, perwatakan, nilai, teknik penggambaran, dan penerapan yang berbeda-beda (Istari, 2015: v-vi)

Ragam hias di Indonesia menurut Van der Hoop dibedakan menurut sifatnya (Hoop, 1949: 15). Bentuk-bentuk ragam hias yang dimaksud adalah:

1.      Ragam hias ilnu ukur

Ragam hias ukur ini terdapat dalam berbagai bentuk dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang rumit, diantaranya adalah: garis vertikal, dan horizontal, bentuk tumpal, pilin berganda, parang rusak, meander, swastika, kawung dan pola kertas tempel.

2.      Ragam hias motif manusia

Hisan manusia digambarkan dalam beberapa bentuk seperti bentuk utuh manusia dan bagian tubuh manusia seperti tangan, kaki, muka. Biasanya  digambarkan dengan posisi berdiri, duduk, bentuk kangkang, dan sebagainya. Pada kesenian prasejarah, gambar manusia tidak hanya berfungsi keindahan namun gambar manusia dianggap mempunyai kekuatan sakti.

3.      Ragam hias motif binatang

Beberapa jenis hewan yang biasa kita jumpai pada hiasan antara lain: anjing, kerbau, gajah, kuda,burung.

4.      Ragam hias motif tumbuh-tumbuhan

Pada kesenian Hindu salah satu hiasan yang sangat terkenal adalah hiasan bunga teratai. Bunga teratai pada masa kesenian Hindu mempunyai peranan yang penting. Terdapat tiga macam bunga teratai yaitu: teratai merah, teratai biru, dan teratai putih. Ragam hias tanaman menurut Hoop tidak diterapkan menyerupai bentuk yang sebenarnya dalam selembar kain. 

5.      Ragam hias yang tidak termasuk salah satu bentuk diatas

Yang termasuk kedalam ragam hias jenis ini antara lain hiasan pohon hayat, gunung, bukit, batu, awan, dan hiasan bentuk kapal.

 

3. Motif Hias Kain Pada Arca Perwujudan di Pura Puseh Desa Sumerta

 Peninggalan arca yang diketemukan di Bali, memang tidak semuanya menggunakan kain yang berisi motif hias, namun dari beberapa arca menampakkan bentuk-bentuk hiasan tertentu. Stutterheim mengelompokkan seni arca di Bali menjadi 3 yaitu:  seni arca periode Hindu Bali ( abad VIII-X), seni arca periode bali Kuna (abad X-XIII), dan seni arca periode Bali Madya (abad XIII-XIV) (Stutterheim, tt:  43-44).

Dalam klasifikasinya Stutterheim menjelaskan bahwa arca yang berasal dari periode Hindu Bali pada umumnya sedikit menggunakan hiasan pada kainnya, bahkan terkadang tanpa hiasan, berbeda dengan arca dari periode Bali Kuna. Pada arca perode Bali Kuna sudah mulai kaya akan hiasan baik pada mahkotanya maupun perhiasan badan yang dipakai seperti gelang tangan dan kaki, hiasan tersebut terlihat pula pada kain yang dipakai oleh arca periode ini. Keadaan seperti ini terus berlanjut sampai pada zaman Bali Madya ketika pengaruh Majapahit begitu dominan. Hiasan pada arca menjadi sangat rumit dan pakaian sangat megah dan berlapis-lapis (Stutterhaim, tt: 76). 

Berdasarkan hasil penelitian lapangan bahwa arca perwujudan yang berada di Pura Puseh Desa Adat Sumerta berjumlah 8 (delapan) buah arca. Arca perwujudan merupakan arca yang menggambarkan seorang raja dalam wujud kedewaannya. Jadi arca perwujudan demikian tidaklah lain daripada pemberian wujud kepada sang raja yang telah wafat dan rohnya menyatu dengan dewa penitisnya (Soekmono, 1977: 102). Masing-masing arca perwujudan tersebut mengenakan kain sebagai penutup badan arca dari batas pinggang ke kaki.

Kondisi arca perwujudan sebagai tinggalan arkeologi di Pura Puseh Desa Adat Sumerta yang setiap hari terpapar panas dan hujan dikarenakan posisinya berada di ruangan terbuka membuat bentuk motif kain yang dikenakan arca perwujudan kurang begitu jelas terlihat. Namun dari kondisi yang ada dalam kesempatam ini dicoba untuk menggambarkan beberapa motif tersebut. Dikhawatirkan apabila data tersebut tidak segera didokumentasikan motif hias kain tersebut akan semakin tidak dapat dilihat bentuknya dikarenakan keadaan arca yang semakin aus, kelompok arca perwujudan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Adapun beberapa motif hias kain yang dipakai oleh arca perwujudan di Pura Puseh Desa Sumerta adalah sbb:

 

Motif Hias Garis Vertikal

            Motif hias garis vertikal pada kain ditunjukan 6 buah arca perwujudan, berdasarkan cirri-cirinya 3 buah arca merupakan arca laki-laki yang selanjutnya disebut arca perwujudan bhatara, digambarkan mengenakan kain sampai sebatas lutut, sedangkan 3 buah arca lainnya merupakan arca perempuan yang selanjutnya disebut arca perwujudan bhatari, mengenakan kain panjang sampai batas mata kaki. Deskripsi arca bhatara dipahatkan dengan sandaran (stella). Hiasan rambut   kiritamakuta, semakin ke atas semakin mengecil dengan 6 tingkat. Raut muka sudah tidak begitu jelas, nampak matanya terpejam walaupun samar-samar. Kedua telingga mengenakan anting-anting (kundala).  Kelat bahu (keyura) yang dipakai berbentuk gunung yaitu semakin ke atas semakin meruncing. Tangan dan kaki memakai tiga gelang (kankana). Sikap tangan sudah tidak dapat teramati. Busana yang dikenakan terlipat-lipat dengan tiga lipatan. Pemakaian kain divariasi sedemikian rupa, disisakan bagian depan  hingga berbentuk persegi panjang jatuh ke bawah.  Kedua kaki bagian bawah masih terlihat. Motif pada kain berupa garis-garis melengkung dan garis-garis berorientasi atas-bawah.   

Sedangkan arca perwujudan bhatari, deskripsi arca juga dipahatkan pada sandaran (stella) dengan bagian dada yang menonjol. Hiasan rambut berupa kiritamakuta semakin ke atas semakin mengecil dengan 6 tingkat. Raut muka sudah tidak begitu jelas, nampak matanya  terpejam walaupun samar-samar.  Kedua telingga mengenakan anting-anting (kundala). Kelat bahu (keyura) yang yang dipakai berbetuk gunung yaitu semakin ke atas semakin meruncing. Tangan memakai tiga gelang (kankana). Sikap tangan sudah tidak dapat teramati. Busana yang dikenakan terlipat-lipat dengan tiga lipatan. Pemakaian kain divariasi sedemikian rupa, disisakan bagian depan  hingga berbentuk persegi panjang jatuh ke bawah.  Kain menutupi hingga mata kaki. Motif pada kain berupa garis-garis melengkung dan garis-garis. Corak dua garis orientasi atas-bawah dengan jarak kira kira 1 cm, ruang dari bentuk dua garis tersebut diisi dengan tiga garis orientasi horizontal seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1a.

 

Motif  Hias Spiral

            Kain dengan motif hias spiral dapat diamati pada busana yang dipakai oleh satu arca yaitu arca bhatara. Arca yang dimaksud  tidak dalam keadaan utuh hanya tersisa bagian pinggang ke bawah yang berdiri disebuah lapik berbentuk persegi. Kedua kaki mengenakan gelang (kankana) berupa tasbih (genitri). Pemakaian kain divariasi sedemikian rupa, disisakan bagian depan hingga berbentuk persegi panjang jatuh ke bawah. Kedua kaki bagian bawah masih terlihat. Motif pada kain berupa corak wajik  yaitu dengan dasar garis lurus jajaran genjang, namun ruang jajar genjang diisi dengan bentukan persegi panjang menyerupai pola spiral seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1b.

 

Motif Hias Belah Ketupat

Arca berikutnya memakai motif berbeda. Arca yang dimaksud merupaka arca bhatari  dengan deskripsi arca dipahatkan pada sandaran (stella) digambarkan bagian dada menonjol. Hiasan rambut berupa kiritamakuta, semakin ke atas semakin mengecil dengan 5 tingkat. Raut muka sudah tidak begitu jelas, nampak matanya  terpejam walaupun samar-samar. Kedua telingga mengenakan anting-anting (kundala) hingga jatuh didepan pundak. Kelat bahu (keyura) yang yang dipakai berbetuk gunung yaitu semakin ke atas semakin meruncing. Tangan memakai tiga gelang (kankana). Sikap tangan sudah tidak dapat teramati. Busana yang dikenakan terlipat-lipat dengan tiga lipatan. Pemakaian kain divariasi sedemikian rupa, disisakan bagian depan hingga berbentuk persegi panjang jatuh ke bawah.  Kain menutupi hingga mata kaki. Motif pada kain berupa belah ketupat seperti yang terlihat pada gambar 1c.

 

Makna Motif Hias

Berdasarkan penelitian lapangan yag telah dilakukan di Pura Puseh DesaAdat Sumerta diketahui bahwa bahwa ragam hias geometris dengan bentuk motif garis-garis vertikal menjadi motif hias yang paling dominan digunakan dalam hiasan kain dipakai oleh arca perwujudan bhatara dan bhatari . Dari 8 arca perwujudan yang diamati, 6 buah arca diantaranya mengenakan ragam hias kain dengan motif geometris. Ragam hias geometris pada dasarnya bersifat sederhana, namun dalam penerapannya biasanya dapat divariasikan dengan bentuk ragam hias yang lain. Sejak masa prasejarah ragam hias geometris menjadi ragam hias yang cukup popular. Pada arca periode Hindu bentuk ragam hias geometris yang biasa digunakan antara lain garis vrtikal, horizontal, hiasan segitiga (tumpal), hiasan segi empat (belah ketupat), dan pola catur.

Secara umum motif hias kain pada arca bhatara -btahari di Pura Puseh Desa Adat Sumerta menunjukkan bentuk yang sederhana, yakni garis-garis vertikal. Namun kesederhanaan motif hias tersebut dipahatkan tanpa mengurangi nilai yang ingin disampaikan melalui arca yang dbuat. Melalui  hiasan yang sederhana pada kainnya seniman ingin menonjolkan identitas tertentu melalui arca yang digambarkan. Hiasan garis vertikal dipergunakan pula pada arca perwujudan di Pura penataran Sasih, Pejeng. 

Ragam hias geometris yang dipergunakan sebagai motif hias kain pada beberapa arca perwujudan di Pura Puseh Desa Adat Sumerta mempunyai makna keindahan dan makna keselarasan. Kesimpulan hasil tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa bentuk ragam hias geometris diterapkan pada pelipit bangunan candi, dipahatkan berderet mengelilingi bangunan candi yang berfungsi sebagai pengisi bidang.  Pada kain motif ini biasanya dilukiskan pada pinggiran kain atau menjadi pola hias kain secara keseluruhan. Baik pada media batu pada bangunan candi maupum pada media selembar kain, ragam hias geometris  digambarkan dengan konsisten dan terus menerus. Sehingga walaupun secara bentuk ragam hias geometris sangat sederhana, namun motif ini memiliki fungsi  penting.