-

21/06/2020 Views : 550

I WAYAN TEGUH

Hingga saat ini tidak sedikit orang menggunakan -nya untuk orang kedua atau pihak yang diajak berbicara, misalnya “Adik siapa namanya?” Penggunaan -nya seperti itu dikatakan telah dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa). Di pihak lain jika ditemukan pemakaian -nya yang tidak menunjukkan pronomina posesif orang ketiga dikatakan telah dipengaruhi oleh bahasa Jawa atau bahasa daerah (Soewargana, 1979:131). Artinya, selama ini masyarakat umum berpendapat bahwa penggunaan -nya yang tidak pada tempatnya merupakan pengaruh bahasa Jawa, seperti Rumahnya Pak Wiyoga kebanjiran juga kemarin. Penggunaan -nya seperti itu masih cukup banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis.

 

 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa -nya termasuk klitik, yaitu bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, seperti bentuk -nya dalam bukunya (Tim Penyusun, 1995:509). Di samping itu, juga dinyatakan bahwa -nya merupakan klitik varian pronomina persona ia/dia dan pronomina benda yang menyatakan milik, pelaku, atau penerima, seperti rumahnya, mengambilnya, memperolehnya (KBBI daring).

Konsep -nya juga dikemukakan di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, yaitu salah satu dari persona ketiga tunggal. Persona ketiga tunggal itu dibedakan atas dua macam, yaitu (1) persona ketiga tunggal ia, dia, atau -nya dan (2) persona ketiga tunggal beliau (Alwi dkk., 2003:255). Meskipun persona ketiga tunggal ia dan dia berfungsi sama dalam banyak hal, terdapat kendala tertentu yang dimiliki oleh kedua persona tersebut. Artinya, dalam posisi sebagai subjek atau berposisi di depan verba, baik ia maupun dia, sama-sama dapat digunakan. Di pihak lain jika berfungsi sebagai objek atau berposisi di sebelah kanan unsur yang diterangkan, hanya  bentuk dia dan -nya  yang dapat muncul. Hal yang sama juga berlaku terkait dengan preposisi, yaitu dia dan -nya  dapat digunakan, sedangkan ia tidak.

Contoh:

(a)    Dia/ia menyetujui pandangan kami..

(b)   Rini terpaksa memarahi dia/-nya/*ia

(c)    Tugas ini untuk dia/-nya/*ia

      Badudu (1982) membedakan -nya atas tiga tipe, yaitu (a) -nya pengaruh bahasa daerah (Jawa), (b) -nya sebagai kata sandang penentu, dan (c) –nya sebagai pembentuk kata benda, baik kata dasar maupun kata turunan. Menurut Keraf (1985), -nya ada dua macam. Pertama, -nya yang tidak  berstatus sufiks (akhiran). Tipe ini menyatakan pemilik, yaitu enklitik orang ketiga. Kedua, -nya yang berstatus sufiks (akhiran). Tipe ini mempunyai fungsi membedakan kata kerja (verba) atau kata sifat (adjektiva), menekankan kata yang di depannya, menjelaskan situasi, dan pembentuk kata tugas (terutama adverbia/kata keterangan).  

      Dalam artikel ini khusus dibicarakan -nya yang bukan pronomina posesif. Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik lisan maupun tulis, dalam penggunaan bahasa Indonesia dapat dideskripsikan tipe-tipe -nya yang bukan pronomina posesif sebagai berikut.

(1)   Penggunaan -nya karena pengaruh bahasa daerah (Jawa)

Contoh: a. Bukunya kakak ketinggalan di sekolah.

              b. Adik cantik ini siapa namanya?

      (2) Penggunaan -nya memunculkan kontaminasi

           Contoh: Sebelum tidur dilihatnya oleh anak itu wajahnya di cermin. (kontaminasi)

a.       Sebelum tidur dilihat oleh anak itu wajahnya di cermin.   

b.      Sebelum tidur dilihatnya wajahnya di cermin.

(3)   Penggunaan -nya dapat mengubah verba menjadi nomina

Contoh: a. Ditundanya kenaikan UKT menyebabkan mahasiswa bergembira.

                          b. Tidak tertangkapnya penjahat itu mengakibatkan warga cemas.

(4)   Penggunaan -nya untuk menekankan kata di depannya

Contoh: a. Tamunya belum pulang.

                          b. Bu, ambillah obatnya dan minumlah!

(5)   Penggunaan -nya menjelaskan situasi

Contoh: a. Anak itu belajar dengan rajinnya.

                          b. Hari ini angin bertiup dengan sangat kencangnya.

(6)    Penggunaan -nya dapat membentuk kata keterangan (adverbia)

Contoh: a. Mereka rupanya sedang mempersiapkan diri untuk ujian.

                          b. Sebentar lagi agaknya akan turun hujan.   

(7)   Penggunaan -nya sebagai penanda ketakrifan

Contoh: a. Sabtu lalu Bu Warsita membeli sepeda motor. Bannya baru.

                          b. Istri Pak Wiyoga meninggal tadi pagi. Jenazahnya akan dimakamkan pada   

   sore hari ini. 

Perikutan makna yang ditandai oleh -nya sebagai penanda ketakrifan tidak hanya   antarbagian sebuah benda yang menjadi unsur wajibnya, tetapi juga bisa sangat luas. Artinya, sepeda motor, misalnya, mempunyai perikutan makna, antara lain dengan ban, mesin, dan rem. Semua benda ini merupakan bagian wajib sebuah sepeda motor. Dalam hal ini jika suatu konsep telah disajikan, bagian wajib konsep tersebut harus dianggap takrif. Wujud ketakrifan ini adalah --nya, seperti tampak pada contoh (7a) di atas.  Perikutan makna yang lebih luas tampak pada contoh (7b). Verba meninggal mengikutsertakan adanya jenazah sehingga jenazah harus dianggap takrif dan ditandai oleh -nya (jenazahnya).  Hal yang sama juga terjadi pada konsep jual-beli yang menyangkut adanya penerimaan uang. Dengan demikian, -nya harus dilekatkan pada uang, misalnya Sepupu Wirasmi menjual perhiasan. Uangnya dibelikan obat.