Journal article

STABILITAS HEMODINAMIK PADA PEMBERIAN FENTANYL SEBAGAI KOINDUKSI PROPOFOL DIBANDINGKAN DENGAN MIDAZOLAM PADA PEMASANGAN LARYNGEAL MASK AIRWAY

I Dewa Gede Tresna Rismantara I Ketut Sinardja I Made Gede Widnyana

Volume : 45 Nomor : 3 Published : 2014, September

Medicina

Abstrak

ABSTRAK Kestabilan hemodinamik pada pemasangan laryngeal mask airway (LMA) dengan propofol sebagai agen induksi dapat dioptimalkan dengan penambahan agen koinduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah fentanyl sebagai koinduksi dapat memberikan kestabilan hemodinamik dan  kondisi  relaksasi  yang  lebih  baik  dibandingkan  dengan midazolam  pada  pemasangan LMA. Setelah mendapat persetujuan dari bagian etik RSUP Sanglah Denpasar, 42 pasien dengan status fisik ASA I dan II dilakukan pembiusan umum dengan pemasangan LMA, dipilih secara consecutive random sampling. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A diberikan midazolam 0.03 mg/ kgbb dan kelompok B diberikan  fentanyl 2 mcg/kgbb.  5 menit  setelah koinduksi pasien diinduksi dengan menggunakan target control infusion (TCI) propofol efek target 4 mcg/ml hingga tercapai nilai bispectral index (BIS) 40-60. Kondisi hemodinamik dianggap tidak stabil bila terjadi penurunan nilai tekanan arteri  rerata  (TAR)   postinduksi  lebih dari 20% TAR basal. Total dosis propofol dihitung sejak mulai induksi sampai tercapai nilai BIS 40-60 yang tercatat pada mesin TCI. Kondisi relaksasi dinilai  dengan  kriteria Young?s. Data  yang  didapat  akan  diolah  dengan  software  SPSS  17.0. karakteristik  sampel  diuji  normalitas  dengan Shapiro-Wilk  dan  homogenitas  dengan  tes  levene. Perbandingan hemodinamik dan total dosis propofol diuji dengan uji t-2-sampel tidak berpasangan dan kondisi  relaksasi  saat pemasangan LMA diuji dengan  chi-square  dengan  tingkat kemaknaan P<0,05 Terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada penurunan nilai TAR saat pemasangan LMA dibandingkan nilai basal pada kedua kelompok uji yaitu A 13,08%  (SB 2,88%) dan B 14.11%  (SB 2.96%) dengan nilai P = 0.216, total dosis propofol yang digunakan secara signifikan lebih sedikit pada kelompok A 118.71 mg (SB 13,24 mg) dibandingkan kelompok B 131,61 mg (SB 12.86 mg) dengan P = 0,003,  sedangkan  kondisi  relaksasi  yang  dihasilkan  tidak  berbeda  bermakna  dengan P  =  0,739. Simpulan penelitian  ini bahwa  fentanyl  sebagai koinduksi propofol  tidak  lebih baik dibandingkan midazolam  dalam hal  stabilitas hemodinamik  dan kondisi  relaksasi  pada  pemasangan LMA,  dan menurunkan  dosis  induksi  propofol  lebih  sedikit  dibandingkan  dengan midazolam.  [MEDICINA 2014;45:145-150].