Journal article

Respon Klinis dan Fisiologis Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang Diberikan Ekstrak Bunga Kecubung (Datura Metel L.) sebagai Anestesi

I GUSTI NGURAH SUDISMA I GEDE SOMA I WAYAN SUDIRA Ni Made Rastiti

Volume : 41 Nomor : 3 Published : 2023, December

Jurnal Sain Veteriner

Abstrak

Abstract The amethyst plant (Datura metel L.) contains chemical compounds of alkaloids, saponins, flavonoids, and phenols that have the potential as anesthetics. This study aims to determine the clinical and physiological changes in white rats given amethyst extract as an anesthetic. A total of 25 male white rats weighing 150-200 grams were randomly divided into 5 treatment groups. The P0 group as a control was given ketamine HCL at a dose of 80 mg/kgBW intramuscularly in the semitendinosus muscle. Groups P1, P2, P3, and P4 were given amethyst extract sequentially with doses of 100, 300, 500, 700 mg/kgBW orally using a gastric probe. The results of the study on clinical response showed that at P0 - P4 there were no effects of nausea, vomiting, urination, and defecation. In the physiological response, the average body temperature P0 - P4 remained stable from the beginning of the 0th minute to the 120th minute with a temperature range of 36.6OC - 39.1OC, but body temperature showed a tendency to suppress temperature in the treatment of amethyst extract. The average heart rate at P0 - P4 is still within normal limits with a heart rate range of 252 x/minute - 301 x/minute. The average respiratory frequency at P0 - P4 indicates that there is a tendency to suppress the respiratory frequency in the treatment with amethyst extract in the range of 101 x/minute – 158 x/minute. From the results of the study it can be concluded that administration of amethyst flower extract at a dose of 100-700 mg/kg BW as an anesthetic has no effect on changes in clinical and physiological responses. Keywords: anesthesia; amethyst; clinical; physiological Abstrak Tanaman kecubung (Datura metel L.) mengandung senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoida, dan fenol yang berpotensi sebagai bahan anestesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klinis dan fisiologis tikus putih yang diberikan ekstrak bunga kecubung sebagai bahan anestesi. Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan dengan berat 150 – 200 gram secara acak dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok P0 sebagai kontrol diberikan ketamine HCL dosis 80 mg/kgBB secara intramuscular pada musculus semitendinosus. Kelompok P1, P2, P3, dan P4 diberikan ekstrak bunga kecubung secara berurutan dengan dosis 100, 300, 500, 700 mg/kgBB secara oral menggunakan sonde lambung. Hasil penelitian pada respon klinis menunjukkan pada P0 - P4 tidak terdapat efek mual, muntah, urinasi, dan defekasi. Pada respon fisiologis, rata-rata suhu tubuh P0 - P4 bertahan stabil dari awal menit ke-0 sampai menit ke-120 dengan rentang suhu 36.6OC - 39.1OC, tetapi suhu tubuh menunjukkan kecendrungan terjadi penekanan suhu pada perlakuan pemberian ekstrak bunga kecubung. Rata-rata frekuensi denyut jantung pada P0 - P4 masih berada dalam batas normal dengan rentang frekuensi denyut jantung 252 x/menit - 301 x/menit. Rata-rata frekuensi nafas pada P0 - P4 menunjukkan bahwa kecendrungan terjadi penekanan frekuensi nafas pada perlakuan pemberian ekstrak bunga kecubung dengan rentang 101 x/menit – 158 x/menit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bunga kecubung dengan dosis 100-700 mg/kgBB sebagai anestesi tidak berpengaruh terhadap perubahan respon klinis dan Fisiologis. Kata kunci: anestesi; fisiologis; kecubung; klinis