Journal article
IDENTIFIKASI PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI BALI (Bos sondaicus) BETINA SEBAGAI AKSEPTOR INSEMINASI BUATAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM UPSUS SIWAB DI KABUPATEN BADUNG DAN TABANAN
I Gede Suranjaya Ni Putu Sarini Ambious Anton I KADEK ANOM WIYANA
Volume : 22 Nomor : 2 Published : 2019, June
Majalah Ilmiah Peternakan
Abstrak
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Badung dan Tabanan dengan metode survei pada Kelompok Peternak sapi bali dengan sapi betinanya digunakan sebagai akseptor inseminasi buatan (IB) pada program Upaya Khusus Percepatan Populasi sapi dan Kerbau Bunting (Upsus Siwab). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling masing-masing sebanyak 74 ekor sapi induk di Badung dan 61 ekor di Tabanan. Data diperoleh dari hasil wawancara dan catatan dari peternak, kelompok peternak dan inseminator IB. Data yang dikumpulkan meliputi: umur induk, umur pertama dikawinkan, service per conception, lama kebuntingan, calving rate, dan berahi kembali setelah melahirkan. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan penampilan reproduksi pada sapi bali betina induk akseptor IB antara Kabupaten Badung dan Tabanan dilakukan dengan Uji Two Independent Sample T Test. Hasil penelitian menunjukkan rataan umur sapi induk di Badung dan Tabanan masing-masing 4,23±2,00 tahun dan 4,50±2,90 tahun dan umur saat pertama dikawinkan masing-masing 1,74 ± 0,49 tahun dan 1,90±0,38 tahun. Calving rate sapi iduk akseptor IB di Badung dan Tabanan masing-masing 56,75% dan 40,98%. Service per conception masing-masing 1,62±0,39 kali dan 1,90±0,38 kali. Rataan lama kebuntingan dari sapi betina di Badung dan Tabanan yaitu 9,63±0,52 bulan dan 9,45±0,22 bulan (P>0,05), sedangkan berahi kembali setelah melahirkan adalah: 3,06±0,94 bulan dan 3,53±1,03 bulan (P<0,05). Disimpulkan bahwa calving rate sapi betina di Badung lebih besar dari pada di Tabanan dan waktu berahi kembali setelah melahirkan dari sapi induk akseptor IB di Badung lebih pendek dari pada di Tabanan