Journal article
Perbedaan Gambaran Histopatologi Granuloma Paru Mencit Setelah Diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan atau Intervensi Silika
NI MADE LINAWATI I Gusti Ngurah Mayun I GUSTI NYOMAN SRI WIRYAWAN NI NYOMAN SRI BUDAYANTI Prof.Dr.dr Ni made Mertaniasih, Sp.MK Prof drh Fedik AbdulRantam, PhD I NYOMAN WANDE I Gusti Ayu Dewi Ratnayanti IDA AYU IKA WAHYUNIARI I WAYAN SUGIRITAMA I G KAMASAN NYOMAN ARIJANA
Volume : 14 Nomor : 1 Published : 2013, March
jurnal Veteriner Udayana
Abstrak
ABSTRAK Karakteristik tuberkulosis paru adalah granuloma, terdiri dari limfosit dan makrofag yang menunjukkan interaksi antara sel-sel imun dan Mycobacterium tuberculosis (M. tb.). Pembentukan granuloma adalah proses organisasi yang tergantung pada invasi limfosit dengan perantaraan molekul adhesi dan kemokin. Silikosis yang disebabkan intervensi silika dapat menimbulkan pembentukan granuloma paru. Gambaran granuloma bervariasi tergantung agen dan reaksi imun. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan perbedaan histopatologi granuloma paru mencit akibat infeksi M.tb, intervensi silika, dan keduanya yang terjadi pada minggu ke tiga dan ke tujuh. Sebanyak 45 mencit strain Balb-c, dibagi menjadi tiga kelompok , masing-masing kelompok P1 diberikan infeksi M.tb strain virulen H37Rv dosis 105 permL bakteri intranasal, P2 diberikan intervensi silika sebanyak 60 mikro liter partikel silika dilarutkan dalam air dengan dosis 2 mg/kg bb, P3 mendapat gabungan infeksi M.tb dan intervensi silika. Terminasi pada masing-masing kelompok dilakukan pada minggu ke tiga dan ke tujuh setelah diberikan perlakuan, dilanjutkan pemeriksaan histopatologi untuk menilai kerusakan jaringan paru. Untuk gambaran histologi dilakukan penilaian semikuantitatif menggunakan skor dari Dorman yaitu; perivaskulitis, peribronkiolitis, alveolitis, dan granuloma. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan uji one way anova untuk menganalisa perbedaan antar kelompok (P<0.05). Hasil menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan. Pada minggu ke tiga tampak pada semua kelompok terjadi kerusakan paru ringan dengan gambaran granuloma, tanpa tanda nekrosis ( pada P1 dan P2). Pada minggu ke tujuh tampak pada kelompok P3 terjadi kerusakan paru berat dengan granuloma bertanda nekrosis dan fibrosis, nekrosis terjadi pada kelompok P1, sedangkan dengan fibrosis terjadi pada kelompok P2. Simpulan yang dapat ditarik adalah kerusakan paru berat terjadi pada minggu ke tujuh pada kelompok yang mendapat infeksi M.tb dan intervensi silika dengan karakteristik nekrosis dan fibrosis. Kata kunci : Mycobacterium tuberculosis, granuloma, silika, histopatologi paru.