Journal article
Peranan Kesusastraan Bali Modern dalam Pembangunan Karakter Masyarakat Bali
I WAYAN SUARDIANA
Volume : 0 Nomor : 0 Published : 2018, October
SANTI (Journal of Balinese Litarature)
Abstrak
Keberadaan kesusastraan Bali sampai pada apa yang kita warisi pada saat ini merupakan lintasan sejarah yang cukup panjang. Bila kita cermati dan ikuti pembagian dari beberapa pemerhati kesusastraan Bali –sebagaimana pula halnya kesusastraan lainnya di Nusantara (tradisional pun modern)- ada beberapa sudut pandang yang digunakan untuk melihat pembagian kesusastraan Bali. I Gusti Ngurah Bagus dan I Ketut Ginarsa (1978: 4) misalnya, membagi kesusastraan Bali itu menjadi dua, yaitu: (1) Kesusastraan Bali Purwa dan (2) Kesusastraan Bali Anyar. Selanjutnya Kesusastraan Bali Purwa dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni: (a) Kasusastran Gantian (satua, folklor atau cerita rakyat) dan (b) Kasusastran Sesuratan (tulis). Pada bidang kesusastraan Bali purwa yang tergolong ke dalam Kasusastran Gantian ini dimasukkan unsur saa (ucapan-ucapan magis); mantra-mantra; gegendingan (nyanyian anak-anak), wewangsalan (tamsil), cecimpedan (teka-teki) serta cerita rakyat (satua). Pembagian di atas tanpa memberi penjelasan lebih lanjut tentang pembagian kesusastraan dalam bentuk sesuratan (tulisnya) di satu sisi dan kesusastraan Bali anyar (modern) di sisi yang lain. Di pihak lain, Agastia –yang pada dasarnya mempertegas- pembagian yang disampaikan Bagus di atas, memberikan pembagian kepada kesusastraan Bali lisan klasik menjadi dua bentuk, yaitu (1) bentuk bebas, dan (2) bentuk terikat. Bagian pertama populer dengan nama satua (cerita rakyat), sedangkan yang kedua merupakan bentuk terikat (1980: 13). Bentuk kedua ini sama dengan apa yang disampaikan oleh Bagus di atas. Pembagian kesusastraan Bali juga disampaikan oleh Agastia dalam dua cara, pertama, tinjauan dari sudut fungsional dan kedua dari sudut struktural (Ibid: 8). Pembagian dari sudut pandang fungsional, dimaksudkan semua hasil kesusastraan yang tersurat dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna juga dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa hasil kesusastraan Jawa Kuna yang memakai bahasa yang sama (Jawa Kuna/Kawi) masih difungsikan oleh masyarakat Bali, terutama dalam upacara keagamaan, seperti kakawin, kidung, dan parwa. Sedangkan, apabila ditinjau dari sudut struktural maka hanya hasil kesusastraan yang menggunakan bahasa Bali saja dimasukkan sebagai hasil karya sastra Bali. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa secara struktur bahasa, hanya karya-karya yang menggunakan bahasa Bali saja yang dapat dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Selanjutnya, dalam tataran modern, kesusastraan Bali dapat dikelompokkan ke dalam bentuk puisi, cerpen, novel, dan drama. Dalam pembahasan lebih lanjut, fokus tulisan ini hanya memaparkan keberadaan Kesusantraan Bali Modern dalam segala aspeknya khususnya berkaitan dengan "Peran Kesusastraan Bali dalam Membangun Karakter Bangsa".