Journal article
Proses Pembalian dalam Penciptaan Karya Sastra Geguritan yang Bersumber pada Sastra Jawa Kuna Mahabarata di Bali
LUH PUTU PUSPAWATI I MADE SUASTIKA I KETUT JIRNAYA I WAYAN SUKERSA
Volume : 24 Nomor : 1 Published : 2017, March
Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional
Abstrak
Sejak dulu masyarakat dan kebudayaan Bali telah menerima unsur Jawa Kuna dalam bentuk bahasa, sastra, dan budaya. Kemudian unsur itu diolah dan disesuaikan dengan konsep dan pola pikir masyarakat Bali, sehingga karya sastra yang lahir ciptaan baru. Nilai Jawa Kuna dalam budaya Bali mengalami perubahan atau bertransformasi ke dalam bentuk baru. Dalam transformasi itu terjadi proses pembalian yakni proses dari nilai Jawa Kuna menjadi nilai budaya bali. Pigeaud menilai membagi dalam empat proses pembalian meliputi bidang etika dan religi,sejarah dan mitologi, susastra, ilmu pengetahuanm seni, hukum, kemanusiaan dan lain-lain. Proses pembalian parwa Mahabharata yang di Bali disebut Asta dasa Parwa (18 parwa). Parwa yang awalnya bersumber dari epos Mahabarata India yang berbahasa Sanskerta, kemudian disadur ke dalam tradisi bahasa Jawa Kuna dan kembali berkesinambungan dalam proses pembalian dibuat karya sastra berbahasa Bali yang disebut parika atau geguritan. Parikan berarti saduran. parikan adalah satu bentuk sastra lainnya. Di sinilah terjadi pengalihbahasaan, berbeda dengan karya terjemahan. Pengalihbahasaan yaitu menyadur karya asalnya berbahasa Jawa Kuna ke dalam bahasa Bali, memilih dan memilah bagian mana dari cerita (episode) yang diambil biasanya ada yang secara bebas, ada yang merunut dengan tertib dari sumbernya (babon). Misalnya sastra Bali yang bersumber dari Mahabarata, yaitu parika saslya, Bhagawan Domya, Sarpayajna dan Geguritan Kicaka