Journal article

Hubungan Timbal Balik Desa Pakraman Dengan Pariwisata

A. A. Gde Oka Parwata

Volume : 2 Nomor : 1 Published : 2017, May

jurnal Magister Ilmu Hukum

Abstrak

Kontak atau hubungan antara wisatawan dengan tempat yang dituju menimbulkaan rangsangan-rangsangan yang saling mempengaruhi antar wisatawan dengan masyarakat dan lingkungan. Kontak ini akan dapat menimbulkan perubahan dalam berbagai segi kegidupan, sifat manusia, tata kehidupan, pandangan hidup, maupun lingkungan hidup. Perubahan-perubahan itu bisa jadi pendorong kearah pemeliharaan dan perkembangan masyarakat, serta lingkungan yang baik, tetapi sebaliknya bisa juga menjadi penyebab kemerosotan moral, kaburnya tata nilai, dan sebagainya. Ada tiga fenomena mendasar yang perlu dicermati berkaitan dengan proses perkembangan pariwisata serta kontribusinya terhadap desa pakraman : 1. Fenomena yang menyangkut aspek kehidupan religius (parahyangan); 2. Fenomena yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya (pawongan) dan; 3. Fenomena yang menyangkut hubungan manusia dengan alam sekitarnya (palemahan). Dari ketiga fenomena tersebut dapat dilihat dampak negatif maupun positifnya. Adanya dampak ini memang tidak dapat dihindari, karena sesungguhnya di dunia ini mengandung kedua hal tersebut yang dalam falsafah Hindu disebut rwa bhineda. Belajar dari potensi dan pengalaman pariwisata sejak tahun 1920-an, Bali akhirnya menetapkan konsep Pariwisata Budaya sebagai idiologi, roh, rambu-rambu pengembangan pariwisata Bali sampai sekarang. Tahapan kesadaran untuk menetapkan budaya sebagai daya tarik, akhirnya sampai pada wujud legitemasi penetapan Perda No.3/1974, dan kemudian diganti dengan Perda No.3/1991 tentang Pariwisata Budaya dan terakhir Perda No.2 Tahun 2012. Desa pakraman merupakan suatu sistem sosial yang mapan mendukung keberadaan kebudayaan Bali yang bersumber dari agama Hindu dan sangat fungsional sebagai basis penerapan dan pengembangan nilai-nilai agama Hindu dan budaya Bali, sehingga secara tidak langsung sangat fungsional pula bagi pengembangan pariwisata Bali. Hal ini disebabkan desa pakraman merupakan piranti atau benteng kehidupan dalam memberi warna bagi dinamika masyarakatnya, dan sekaligus sebagai wadah kebudayaan Bali. Perkembangan pariwisata telah memberikan kontribusi bagi masyarakat yang hidup dalam wadah desa pakraman, dengan berbagai dampaknya baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak tersebut dapat meliputi bidang ekonomi, religius, sosial-budaya, dan lingkungan. Dampak ini dapat dipilah menjadi tiga golongan besar yang meliputi bidang parahyangan, bidang pawongan, dan bidang palemahan.